April 9, 2013

Ragam Batik Banyumas

Batik Banyumas pada awalnya berpusat di daerah Sokaraja dibawa oleh pengikut-pengikut Pangeran Diponegero setelah usainya peperangan tahun 1830, mereka kebanyakan menetap di daerah Banyumas. Pengikutnya yang terkenal waktu itu ialah Najendra dan dialah mengembangkan  batik celup di Sokaraja. Bahan mori yang dipakai hasil tenunan sendiri dan obat pewama dipakai pohon tom, pohon pace dan mengkudu yang memberi warna merah kesemuan kuning.

Batik Banyumas identik dengan motif Jonasan, yaitu kelompok motif non geometrik yang didominasi dengan warna-warna dasar kecoklatan dan hitam. Warna coklat karena soga, sementara warna hitam karena wedel. Motif-motif yang berkembang sekarang ini antara lain: Sekarsurya, Sidoluhung, Lumbon (Lumbu), Jahe Puger, Cempaka Mulya, Kawung Jenggot, Madu Bronto, Satria Busana, Pring Sedapur.

Pada perkembangannya masa itu pembatikan menjalar pada rakyat Sokaraja dan pada akhir abad ke-XIX berhubungan langsung dengan pembatik didaerah Solo dan Ponorogo. Daerah pembatikan di Banyumas sudah dikenal sejak dahulu dengan motif dan wama khususnya dan sekarang dinamakan BATIK BANYUMAS. Setelah perang dunia kesatu pembatikan mulai pula dikerjakan oleh Cina disamping mereka dagang bahan batik.

Sama halnya dengan pembatikan di Pekalongan. Para pengikut Pangeran Diponegoro yang menetap di daerah ini kemudian mengembangkan usaha batik di sekitara daerah pantai ini, yaitu selain di daerah Pekalongan sendiri, batiktumbuh pesat di Buawaran, Pekajangan dan Wonopringgo. Adanya pembatikan di daerah-daerah ini hampir bersamaan dengan pembatikan daerah-daerah lainnya yaitu sekitar abad ke-XIX. Perkembangan pembatikan didaerah-daerah luar selain dari Yogyakarta dan Solo erat hubungannya dengan perkembangan sejarah kerajaan Yogya dan Solo.

Batik Banyumasan dikenal sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kebebasan, penghargaan terhadap nilai demokrasi dan semangat kerakyatan. Nilai filosofis itulah yang kemudian tertuang dalam motif-motif batik yang khas seperti Sekarsurya, Sidoluhung, Jahe Puger, Cempaka Mulya, Madu Bronto dan Satria Busana. Dari segi warna, batik Banyumas cenderung lebih menyala dengan warna kemerahan, tidak seperti batik Jogja yang didominasi putih, atau Solo yang bernuansa keemasan.

Satu hal yang membedakan batik Banyumas dengan batik lainnya, kain batik Banyumas selalu dilukis pada kedua sisi kain, yang merupakan cerminan sifat masyarakatnya yang jujur dari luar maupun dalam hatinya dan bicara apa adanya.

“Kultur Banyumas sangat unik, salah satunya budaya membatik. Sarat dengan sejarah dan nilai filosofis. Lewat selembar kain batik, masyarakat Banyumas bisa memproklamirkan pandangan hidupnya. Ketika dituangkan dalam bentuk satu busana, corak batik itu seolah mewakili semangat yang terpancar dari motifnya.” (tutur Poppy Dharsono)

Ciri Khas Motif Batik Sokaraja-Banyumas diantaranya adalah :

Dunia Baru  Diartikan Pengharapan Baru
Gabah Mawur Berharap si pemakai motif ini melimpah rejekinya gabah=beras  Mawur=mambrah2 alias banyak.
Jagadan            Jagad Raya diharap sipemakai bisa menjalani/menguasai kehidupan lebih baik di jagad(Dunia) ini
Isen Laut Ikan,udang,kepiting bersatu jadi satu diatas kain
Udan Riris Diartikan Hujan rejeki.
Semar   Semar dalam bahasa jawa disebut “BADRANAYA BEBADRA” 
“Membangun sarana dari dasar “NAYA-NAYAKA” Mengemban sifat membangun dan melaksanakan Perintah Tuhan demi kesejahteraan. dan masih banyak lagi motif-motif  lainnya

Pada saat ini lokasi sentra industri batik Banyumas terbanyak berada di Kecamatan Banyumas tepatnya Desa Pekunden, Pasinggangan, Sudagaran, Papringan dan Kecamatan Sokaraja yaitu di Desa Sokaraja Lor, Sokaraja Kidul, Sokaraja Tengah, Sokaraja Kulon, Karang Duren.

Sumber: http://www.wisatabanyumas.com