April 20, 2013

Sugeng Wiyono, Kolektor Foto Banyumas

Inilah sosok Bapak Sugeng Wiyono (foto diambil pada saat acara Sarasehan Setupamas di Pendapa Duplikat Si Panji Banyumas 12 April 2013 oleh Banyumase), seorang kolektor foto lama terbanyak ke-2 di Indonesia dengan koleksi sekitar 5.000 (lima ribu)  foto tempo dulu terutama di daerah Banyumas.

Tubuhnya tinggi kurus, rambut dan kumisnya memutih semua. Dengan pakaian yang selalu terlihat sederhana namun rapi, rambut dibiarkan memanjang sebahu dan kacamata tebal selalu melekat di wajahnya. ”Saya memiliki 120 helai foto khusus Banyumas dan 400-an helai foto Jakarta tempo dulu” tuturnya memulai perbincangan. Koleksi tertua yang dia miliki dibuat pada 1843, yaitu foto pembukaan Jalan Banyumas Buntu (sekitar 12 km).

Warga Jalan Gunung Slamet XI/44 Perumahan Purwosari Purwokerto itu mendapatkan foto bersama tersebut di tempat rombengan (barang bekas) di Pasar Senen, Jakarta pada 1964. Saat itu dia jalan-jalan mencari benda kuno dan menemukan foto tersebut. Setelah diteliti, dalam teks Babad Banyumas tulisan RA Wiriatmadja (25 OKtober 1898) tertulis Gedung Karesidenan Banyumas dibangun pada 1843.

Dia juga memiliki foto kepindahan Pendapa Sipanji dari Banyumas ke Purwokerto pada 7 Januari 1937. Koleksi foto prosesi pemindahan itu ada 12 helai, mulai dari pemberangkatan di Banyumas sampai saat masuk ke pendapa di Purwokerto. Foto-foto itu dia peroleh dari Ibu Wedana Gembul (Mas Cilik) pada 1978.

Sugeng juga menyimpan foto seniman musik keroncong Banyumas, yaitu R Soetedja (15 Oktober 1909 – 12 April 1960). Jika di Solo ada Gesang yang mencipta lagu ”Bengawan Solo”, di Banyumas ada R Soetejda yang mencipta lagu ”Di Tepinya Sungai Serayu”. Nama seniman itu diabadikan pada gedung kesenian di Jalan Gatot Soebroto. ”R Soetedja memiliki biola Stradivarious Paganini buatan Sewdia 1834 dan sekarang disimpan anaknya.”

Walau tak menyangkut sejarah pemerintahan, koleksi foto itu sangat bermanfaat. Ketika membuat film sejarah, sutradara yang ingin mengetahui pakaian orang pada zaman itu seperti apa, bagaimana motif batik yang dipakai pria dan wanita serta motif batik rakyat kebanyakan saat itu, dapat memanfaatkan foto koleksi Sugeng tersebut.

Sumber: http://www.suaramerdeka.com/harian/0505/18/ban04.htm

April 19, 2013

Kadipaten Purwakarta

Banjoemas.Org

Banjoemas.Org

 

Kaki Bawor, Kaki Hartoyo isih umyeg dopokan karo macit mendhoan lawuh cengis nang Bojongsari, gubuge kaki Hartoyo. Sing dirembug isih crita kota Purwakerta sing sekiye dadi Kota Kadipatene Banyumas.

“Ramane, jere gemiyen Purwakerta kuwe kadipaten dhewek, pisah karo Banyumas ya ramane”, takone Hartoyo maring kaki Bawor.

“Lho apa iya sih ramane”, Gonang, guru nang Sekolah Dasar Penusupan melu takon, kepengin ngerti larah-larahe.

“Kuwe bener, Purwakerta jaman gemiyen pancen dadi kota kadipaten pisah karo Banyumas, lawase antara 100 taun utawa 1 abad. Sing dadi adipati kawitan yakuwe adipati Mertadireja sing banjur diparingi Jeneng Brotodiningrat dening Susuhunan Pakubuwono Kraton Surakarta Hadiningrat.

“Kedadeyane keprimen ramane”, Gonang isih takon merga durung paham.

Kuwe kedadeyan taun 1830 sewise perang Jawa utawa Perang Diponegoro. Banyumas sekukuban yakuwe Purbalingga, Banyumas, Banjarnegara lan Dayeuhluhur, disrahaken sekang Susuhunan Pakubuwono maring Landa. Njuran Gubernur Jendral Landa Van Den Bosch mbagi Banyumas dadi lima.

1. Kabupaten Banyumas, bupati Raden Ngabehi Cakradirja nganggo gelar Raden Adipati Cakranegara kedadeyan sekang – Onderdistrict Banyumas – Onderdistrict Adireja – Onderdistrict Purworejo Kelampok.

2. Kabupaten Ajibarang, bupati Raden Adipati Martadireja II. Taun 1832 pindhah maring Purwakerta, merga Ajibarang keterjang udan lisus nganti 40 dina. Pendhapa Kadipatene rubuh. Kadipaten Purwokerto Kedadeyan sekang – Onderdistrict Purwokerto – Onderdistrict Ajibarang – Onderdistrict Jambu Jatilawang

3. Kabupaten Purbalingga, bupati R.M. Tumenggung Dipakusuma II, Kedadeyan sekang – Onderdistrict Poerbolinggo – Onderdistrict Soekaradja – Onderdistrict Kertanegara Bobotsari – Onderdistrict Tjahjana

4. Kabupaten Banjarnegara, bupati Raden Tumenggung Dipayuda IV. Kedadeyan sekang – Onderdistrict Banjar – Onderdistrict Singamerta – Onderdistrict Leksan – Onderdistrict Karangkobar – Onderdistrict Batur

5. Kabupaten Dayeuhluhur, Bupati Raden Tumenggung Prawira­negara Kedadeyan sekang – Onderdistrict Majenang – Onderdistrict Dayeuhluhur – Onderdistrict Pegadingan – Onderdistrict Jeruklegi.

“Wektu semana durung ana kabupaten Cilacap ya ramane”, takone Hartoyo.

“Cilacap lair taun 1856. Kuwe tegese wektu semana Cilacap durung lair. Sing ana ya Kadipaten Dayeuhluhur”, sekiye ganti Gonang sing mangsuli. Pak Guru ndesa isih kemutan laire Kadipaten Cilacap kanthi bupati kawitan Cakrawedana II, tilas patih Purwakerta sing njuran dipindhah lan trukah nang Cilacap.

“Lha nggabunge Banyumas maring Purwakerta kapan ramane, jaman kuwe sapa sing dadi adipati utawa Kanjeng Bupati”, takone Hartoyo.

Banyumas nggabung karo Purwakerta taun 1937, nalika bupatine Tumenggung Sujiman Gandasubrata. Pindhahe kadipaten Banyumas maring Purwakerta ditengeri karo pindhahe pendhapa si Panji sekang Banyumas maring Purwakerta ningen ora kena ngliwati kali Serayu. Pendhapa Purwakerta lawas dirubuhaken merga kayu-kayune akeh sing pada bosok, wis miring arep ambruk”, terange kaki Bawor. KLILAN.

Sumber: http://www.panjebarsemangat.co.id/kadipaten-purwakerta

April 18, 2013

Kebisuan Jalan Dr Angka Dibalik Sejarah

Melintasi jalan dr. Angka di tengah kota Purwokerto, selalu terbersit sebuah pertanyaan. Siapakah dokter itu sehingga namanya harus diabadikan sebagai nama ruas jalan cukup utama di Purwokerto?

Terlepas dari nama dokter itu sendiri yang terdengar cukup aneh, karena dapat diartikan sebagai satuan hitung dalam matematika. Sekali menyebut jalan dr. Angka, hampir seluruh masyarakat yang mengenal Kota Purwokerto selalu mengasosiasikannya pada beberapa pusat hiburan malam dan hotel yang berdiri di jalan itu.

Namun di komplek pekuburan Pasarean Kaboetoeh, Kecamatan Sokaraja, Banyumas, pemilik nama itu bertepekur sunyi dalam sebuah nisan yang masih terawat bersih. Sebuah plakat namanya yang sangat sederhana, ditempatkan pada sisi paling bawah dari bangunan nisan.

“Di sini lah kakek kami disemayamkan” ujar Prastowo (62). Bersama Prastowo, hadir pula para cucu dari pendiri Boedi Oetomo yang didirikan pada 1908.

Kesunyian dalam persemayaman dokter itu ternyata menyimpan sebuah cerita sejarah yang sangat berarti bagi bangsa Indonesia, yaitu sebuah ikrar Kebangkitan Nasional yang usianya mencapai satu abad pada 20 Mei besok.

Prastowo menuturkan, mungkin sebelumnya tak ada yang mengenal siapa dokter Angka itu. Dalam buku Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa pun, nama dokter itu juga tak pernah dilekatkan sebagai pendiri Boedi Oetomo, selain Wahidin Soedirohoesodo, Raden Soetomo, dan Goenawan Mangoenkoesoemo.

“Kalau selama ini hanya tiga orang itu yang disebutkan, itu kan hanya persoalan politis”, ujar Prastowo tanpa menjelaskan apa alasan politis tersebut.

Namun dalam Paguyuban Pengemban dan Penerus Cita-Cita Boedi Oetomo, Prastowo mengatakan, para cucu Boedi Oetomo bersepakat akan terus berusaha mengemban cita-cita para pendiri Boedi Oetomo yang terdiri dari sembilan dokter yang bersekolah di Stovia, Batavia.

Kesembilan dokter itu adalah ketiga pendiri Boedi Oetomo yang telah dikenal luas, Radjiman Wedyodiningrat dan Soeradji Titonegoro yang pekuburannya dapat ditemukan di DI Yogyakarta , Mochamad Soelaiman di Purworejo, Goemberg dan Angka di Banyumas, beserta Sardjito di Ambarawa.

Selain sebagai pendiri, peranan Angka sendiri dalam kepengurusan pertama Boedi Oetomo, menurut dr Sudarmadji, cucu Angka lainnya, adalah sebagai seksi bendahara. “Dalam kepengurusan Boedi Oetomo, Angka menjabat sebagai seksi bendahara,”ujarnya.

Namun sebagai orang yang rendah hati, Sudarmadji menuturkan, kakeknya yang memiliki nama lengkap Anggoro Kasih itu tak pernah ingin didaftarkan sebagai pahlawan. “Namun sebagai cucu, saya ingin semangatnya tetap hidup,” katanya.

Selama ini, lanjutnya, semangat Boedi Oetomo telah terbenam dengan berbagai macam kepentingan politis. Hingga usianya yang satu abad pada tahun ini pun, semangat Boedi Oetomo masih juga ditunggangi untuk kepentingan politik tertentu. “Hanya pada 1948, semangat Boedi Oetomo dibangkitkan oleh Presiden Soekarno sebagai Kebangunan Nasional. Baru pada 1950, diubah lagi menjadi Kebangkitan Nasional,” katanya.

Adanya paguyuban yang beranggotakan para cucu pendiri Boedi Oetomo ini, menurut Sudarmadji, semangat Boedi Oetomo berusaha dibangkitkan kembali. Sebuah semangat yang bukan mengedepankan hingar bingar kehidupan malam di jalan dr Angka. Bukan pula semangat yang membuai para pemuda menjadi mabuk pada mimpi semu sebuah kehidupan hura-hura.

“Tapi sebaliknya, sebuah semangat untuk membangun bangsa. Sebuah semangat kebangkitan nasional, yang bisa dimulai dari mendirikan perpustakaan kecil di desa dan juga semangat untuk bangkit sebagai nasionalis sejati,” tuturnya.

Sumber: http://jawa.infogue.com/kebisuan_jalan_dr_angka_dibalik_sejarah

April 17, 2013

Gatot Soebroto #tokohBanyumas #NamaJalan

Jenderal Gatot Soebroto, lahir di Banyumas, 10 Oktober 1907 dan meninggal di jakarta 11 Juni 1962 pada usia 54 tahun adalah tokoh perjuangan militer Indonesia dalam merebut kemerdekaan dan juga Pahlawan Nasional.
Ia dimakamkan di Ungaran, Kabupaten Semarang. Pada tahun 1962, Gatot Soebroto dinobatkan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional menurut SK Presiden RI No.222 tanggal 18 Juni 1962. Ia juga merupakan ayah angkat dari Bob Hasan, seorang pengusaha ternama dan mantan menteri Indonesia pada era Soeharto.

Setamat pendidikan dasar di HIS, Gatot Subroto tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, namun memilih menjadi pegawai. Namun tak lama kemudian pada tahun 1923 memasuki sekolah militer KNIL di Magelang. Setelah Jepang menduduki Indonesia, serta merta Gatot Subroto pun mengikuti pendidikan PETA di Bogor. Setelah kemerdekaan, Gatot Subroto memilih masuk Tentara Keamanan Rakyat TKR dan kariernya berlanjut hingga dipercaya menjadi Panglima Divisi II, Panglima Corps Polisi Militer, dan Gubernur Militer Daerah Surakarta dan sekitarnya.

Setelah ikut berjuang dalam Perang Kemerdekaan, pada tahun 1949 Gatot Subroto diangkat menjadi Panglima Tentara & Teritorium (T&T) IV I Diponegoro.

Pada tahun 1953, beliau sempat mengundurkan diri dari dinas militer, namun tiga tahun kemudian diaktifkan kembali sekaligus diangkat menjadi Wakil Kepala Staf Angkatan Darat (Wakasad).

Beliau adalah penggagas akan perlunya sebuah akademi militer gabungan (AD,AU,AL) untuk membina para perwira muda. Gagasan tersebut diwujudkan dengan pembentukan Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI) pada tahun 1965.

Jasa dan nama besar Gatot Soebroto kemudian dijadikan nama jalan utama kota-kota di Indonesia.

Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Gatot_Soebroto

April 15, 2013

FKBN, Ngumpulna balung pisah wong ngapak

FKBN Banyumasan utawane singkatan sekang Forum Komunikasi Bahasa Ngapak Banyumasan de gawe nggo ngumpulna sedulur-sedulur sekang wilayah Banyumas sekukubane sing pada aktif neng dunia maya/internet khususe sing pada sering facebook-an. Mergane wis pada manggon neng endi ora tetep ana wadah nggo crita-crita nganggo bahasane dewek.

Dina kiye tanggal 15 April kuwe pas genep umur rong (2) taun anggene kang Blay Rino ngedegna FKBN taun 2011. Dadiya muga-muga bisa terus nyambung goli silaturrahmi sekabehan anggota sing wis ngasi 760 wong jumlaeh.

Nggo informasi, ana wong sing de pasrahi nggo ngurusi wilayah:
Jakarta: Kang Blay Rino
Rantau Hongkong: Aji Angin Jingga
Banyumas: Kang Kartiko, Mbekayu Titi & Dyah, Agustina
Bandung: Chiechie

 

April 13, 2013

SETUPAMAS, Setu Pahing Banyumas

Gendhu-gendhu rasa saben Setu Pahing #Komunitas

Arepa lagu kebo gidro, aja ngantek bubar. Masalaeh angger nganti kelangan lajer, senajana wit gedhe gampang dhungkar, dhungkare malah bisa gawe kapitunane wong akeh. Kasunyatane sing kersa dadi lajer ya langka nang jaman sekiye.

Stupa Mas anggep baen lajer sing nyatane ya lajer. Jaga lithong! karo ngimpuni nonoman mbok ana sing gelem nggenteni dadi lajer. Peradaban Banyumas aja nganti ilang slasaeh. Arepa tembung jere nyatane almarhum Eyang Mrapat ya ana makame, kae cikal bakal sing trukah. Dadi ya ora luput nganggo ngelmune kae, urip nang ranah peradhabane kae. Moga-moga sedulur tetes Banyumas ( Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, Cilacap, lan liya-liyane sing padha ngapak ilate lan nang wengkoning Peradabane Eyang Mrapat ) pada nemoni karahayon kapingarepe, ora dadi lelethek gelah2aning bumi Nusantara, sukur bage bisa ngarumaken NKRI. Rahayu.

April 11, 2013

Permen Davos

ANCAS – Seprane-seprene wong Jawa Tengah lan sakubenge wis ora pangling karo permen Davos. Wujude gepeng, putih rasane semriwing. Lah, angger Dawos kiye asli weton Purbalingga?. PT Slamet Langgeng depimpin daning Bapak Siem Tjong An kawit taun 1961 nganti taun 1968, lan taun 1968 jabatan pimpinan perusahaan deweken maring Bapak Toni Siswanto Hardi merga Bapak Siem Tjong An nutugna sinau maring Belanda. Bapak Toni Siswanto Hardi mimpin PT Slamet Langgeng nganti akhir wulan Juni 1983 merga dheweke tilar dunya. Kawit kuwe perusahaan depimpin Ibu Corie Sumadibrata nganti Mei 1985. Merga umur, jabatan pimpinan deweken maring Bapak Budi Handoyo Hardi kawit tanggal 1 Juni 1985 nganti siki.

Davos kuwe jeneng kutha hawane adhem sing ana neng Swiss. Kutha cilik nang pegunungan Alphen kuwe dadi insprirasine PT Slamet Langgeng njenengi permen rasa methol kiye lan sing pertama ana neng Indonesia. Merga wis dadi perusahaan sing nglegenda mestine udu prekara entheng nggo ngupakara supaya tetep eksis.

Angger ngomongna permen Davos sing wujude buder putih debungkus kertas biru tuwa. Apamaning permen Davos pancen ketelah dearani kembanggulane wong tuwa. Nggo ngrubah image kiye perusahaan nganakna pirang-pirang terobosan salah sijine diferensiasi produk. Rasa permen Davos pancen beda karo permen liyane. Seger alami tur semriwing. Pancen kiye istimewane permen Davos angger debandhingna karo permen-permen liyane. Mula ora gumun senajan merk permen wis ora etungan ning permen Davos nganti siki akeh pelanggane.

Miturut Nicodemus Hard, Managing Director PT. Slamet Langgeng, lagi jaman Jepang perusahaane nglakon bangkrut. Njuran menyat maning sawise taun 1945. Jeneng perusahaane deganti dadi PT Slamet Langgeng & Co. sing mroduksi Permen Mint Davos, Kresna, Aplina lan Davos Lux. Seliyane mroduksi kembang gula uga ana produk liya kayadene limun lan biskuit merk Slamet. Ningen kawit taun 1973 Biskuit Slamet leren produksi merga kangelen bahan baku. (Joko TW)

Sumber: http://majalahancas.blogspot.com/2012/11/permen-davos.html

April 9, 2013

Ragam Batik Banyumas

Batik Banyumas pada awalnya berpusat di daerah Sokaraja dibawa oleh pengikut-pengikut Pangeran Diponegero setelah usainya peperangan tahun 1830, mereka kebanyakan menetap di daerah Banyumas. Pengikutnya yang terkenal waktu itu ialah Najendra dan dialah mengembangkan  batik celup di Sokaraja. Bahan mori yang dipakai hasil tenunan sendiri dan obat pewama dipakai pohon tom, pohon pace dan mengkudu yang memberi warna merah kesemuan kuning.

Batik Banyumas identik dengan motif Jonasan, yaitu kelompok motif non geometrik yang didominasi dengan warna-warna dasar kecoklatan dan hitam. Warna coklat karena soga, sementara warna hitam karena wedel. Motif-motif yang berkembang sekarang ini antara lain: Sekarsurya, Sidoluhung, Lumbon (Lumbu), Jahe Puger, Cempaka Mulya, Kawung Jenggot, Madu Bronto, Satria Busana, Pring Sedapur.

Pada perkembangannya masa itu pembatikan menjalar pada rakyat Sokaraja dan pada akhir abad ke-XIX berhubungan langsung dengan pembatik didaerah Solo dan Ponorogo. Daerah pembatikan di Banyumas sudah dikenal sejak dahulu dengan motif dan wama khususnya dan sekarang dinamakan BATIK BANYUMAS. Setelah perang dunia kesatu pembatikan mulai pula dikerjakan oleh Cina disamping mereka dagang bahan batik.

Sama halnya dengan pembatikan di Pekalongan. Para pengikut Pangeran Diponegoro yang menetap di daerah ini kemudian mengembangkan usaha batik di sekitara daerah pantai ini, yaitu selain di daerah Pekalongan sendiri, batiktumbuh pesat di Buawaran, Pekajangan dan Wonopringgo. Adanya pembatikan di daerah-daerah ini hampir bersamaan dengan pembatikan daerah-daerah lainnya yaitu sekitar abad ke-XIX. Perkembangan pembatikan didaerah-daerah luar selain dari Yogyakarta dan Solo erat hubungannya dengan perkembangan sejarah kerajaan Yogya dan Solo.

Batik Banyumasan dikenal sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kebebasan, penghargaan terhadap nilai demokrasi dan semangat kerakyatan. Nilai filosofis itulah yang kemudian tertuang dalam motif-motif batik yang khas seperti Sekarsurya, Sidoluhung, Jahe Puger, Cempaka Mulya, Madu Bronto dan Satria Busana. Dari segi warna, batik Banyumas cenderung lebih menyala dengan warna kemerahan, tidak seperti batik Jogja yang didominasi putih, atau Solo yang bernuansa keemasan.

Satu hal yang membedakan batik Banyumas dengan batik lainnya, kain batik Banyumas selalu dilukis pada kedua sisi kain, yang merupakan cerminan sifat masyarakatnya yang jujur dari luar maupun dalam hatinya dan bicara apa adanya.

“Kultur Banyumas sangat unik, salah satunya budaya membatik. Sarat dengan sejarah dan nilai filosofis. Lewat selembar kain batik, masyarakat Banyumas bisa memproklamirkan pandangan hidupnya. Ketika dituangkan dalam bentuk satu busana, corak batik itu seolah mewakili semangat yang terpancar dari motifnya.” (tutur Poppy Dharsono)

Ciri Khas Motif Batik Sokaraja-Banyumas diantaranya adalah :

Dunia Baru  Diartikan Pengharapan Baru
Gabah Mawur Berharap si pemakai motif ini melimpah rejekinya gabah=beras  Mawur=mambrah2 alias banyak.
Jagadan            Jagad Raya diharap sipemakai bisa menjalani/menguasai kehidupan lebih baik di jagad(Dunia) ini
Isen Laut Ikan,udang,kepiting bersatu jadi satu diatas kain
Udan Riris Diartikan Hujan rejeki.
Semar   Semar dalam bahasa jawa disebut “BADRANAYA BEBADRA” 
“Membangun sarana dari dasar “NAYA-NAYAKA” Mengemban sifat membangun dan melaksanakan Perintah Tuhan demi kesejahteraan. dan masih banyak lagi motif-motif  lainnya

Pada saat ini lokasi sentra industri batik Banyumas terbanyak berada di Kecamatan Banyumas tepatnya Desa Pekunden, Pasinggangan, Sudagaran, Papringan dan Kecamatan Sokaraja yaitu di Desa Sokaraja Lor, Sokaraja Kidul, Sokaraja Tengah, Sokaraja Kulon, Karang Duren.

Sumber: http://www.wisatabanyumas.com